Pagi yang cerah. Mentari seakan
menyapaku di pagi ini. Burung-burung di teras rumahku bersiulan seakan
mengajakku untuk bernyanyi. Hari ini aku mulai aktivitas seperti biasa pergi
kesekolah. Sekolah yang menjadi saksi bisu perjalanan dalam memperoleh
pendidikanku dibangku SMA. Sesampainya di kelas yang berada dilantai dua aku
langsung menuju tempat dudukku. Penghuni kelas sudah ramai, bercengkerama satu
sama lain. Suasana kelas gaduh bak pasar pagi yang dikunjungi banyak orang.
Beberapa menit kemudian pak Rian guru bahasa Indonesia yang terkenal kiler
itupun muncul dari balik pintu. Semua siswa yang tadinya ribut ngerumpi, berubah drastis jadi sepi
seperti di kuburan. “Selamat pagi anak-anak” sapa pak Rian. Semua siawa
menjawab serempak “Pagi pak”. “Kemarin ada tugas membuat cerpen, sekarang
tugasnya dikumpul”, timpal pak Rian lagi.
Satu
per satu kantung tas berwarna pink itu aku buka. Pink seperti warna bibir guru
yang mengajar matematika di kelasku, tapi tak juga kutemukan buku yang ku cari.
“Sial di mana sih buku itu?”. Sejenak aku terdiam mencoba untuk mengingat-ingat
dimanakah keberadaan buku itu. “Gue ingat, aduh bukunya ketinggalan. Tugas gue,
mampus bakal dapet hadiah nih dari pak Rian”. “Dinda”, pak Rian sudah manggil
namaku. Aku pura-pura tidak mendengar, apa kata dunia aku dihukum pak Rian
gara-gara tidak mengumpul tugas. Sepertinya aku kenal wangi parpum ini tapi
siapa ya? Teman-teman di kelas minyak wangi yang dipakai membuat pusing kepala,
tapi yang satu ini beda. Wanginya membuatku seperti tak sadarkan diri. Aku
yakin sekarang aku lagi ada di surga, oh
Tuhan indahnya. Tiba-tiba praakk, pak Rian memukul mejaku membuat buyar
lamunanku. Strategi awal pura-pura tidak merasa bersalah, “ Pak tangannya pasti
sakit, bapak sih meja kok dipukul”, mencoba merayu. “Apa kamu mau bapak
memukulmu biar kamu yang sakit?”. “Maaf pak, tugasnya ketinggalan”, “tidak ada
alasan sekarang kamu hormat kepada bendera ditengah lapangan selama jam
pelajaran”. Berat sekali kakiku melangkah meninggalkan kelas, tapi aku ikuti
saja apa kata pak Rian nanti pak Rian lebih menakutkan daripada ketemu raja
singa di hutan.
Dengan
wajah kemerahan kulangkahkan kaki keluar kelas menuju halaman sekolah. Hari ini
aku mengukir sejarah yang tidak akan terlupakan. Sejarah selama duduk dibangku
sekolah. Tiba-tiba di halam sekolah.
“Hmm”
Riko menghampiri Dinda.
“Riko,
ngapain loe ke sini? Mau ngejek gue” menatap sinis.
“Jelek
loe kalau lagi marah” menggoda Dinda.
“Emang
gue pikirin”
“
Gue dihukum juga”
“What? Gue nggak salah” Dinda tidak
mempercayai perkataan Riko kalu dia juga dihukum.
“Loe
nggak salah kok Din” menatap Dinda.
“Dasar
pemalas” ejek Dinda.
“Sama,
loe juga” balas Riko.
“Tugas
gue ketinggalan”.
.“Tugas
gue ada di tas”.
“Terus
kenapa nggak loe kumpul? Seneng banget dihukum”.
“Asal
dihukumnya sama loe sih nggak apa-apa gue rela” Riko menunjukkan jurus
rayuannya.
Riko memang sudah lama menaruh hati
padaku, tapi aku tak pernah menanggapinya. Dengan kaca matanya yang besar,
pinggang celana melingkar di atas pusat membuatku tak habis pikir dengannya.
Zaman modern seperti saat ini masih ada mahluk sejenisnya. Matahari semakin
menampakkan sinarnya, rasa haus hampir tak tertahan lagi olehku. Melihat
energiku hampir habis seperti amper kendaraan menunjuk garis merah Riko mencoba
mencairkan suasana.
“Din
loe ngefans ama Raffi Ahmad kan?”
“Kok
loe tau sih?”
“Tau
dong, loe kan tau kalau gue itu pengagum rahasia loe”
“Lebay
banget sih, di mana-mana kalau rahasia itu nggak ada yang tau cupu”.
“Loe
mau ketemu ama Raffi nggak?”
“Gimana
caranya Rik gue bisa ketemu ama Raffi?”
“Kakak
gue temenan ama si Raffi”
“Loe
serius Rik? Berarti gue bisa ketemu sama Raffi. Kapan gue bisa ketemu ama
Raffi?
“Pulang
sekolah ini kita langsung ke rumah, kata kakak gue Raffi mau main ke rumah”.
Jam
pelajaran pak Rian pun selesai dan hukuman aku dan Riko pun berakhir.
Sepulang sekolah aku dan Riko
langsung menuju rumahnya. Tak pernah terlintas sedikit pun dibenakku bertemu
dan melihat Raffi Ahmad secara langsung. Apa ya kira-kira perbedaannya melihat
di TV dan melihat secara langsung, lebih ganteng mungkin aku mencoba
membanyangkan sosok Raffi dihadapnku.Ternyata Riko orangnya romantis dan penuh
kejutan. Sebelum aku bertemu sama Raffi, Riko menutup mataku dengan sehelai
kain dituntunnya perlahan-lahan melangkah menuju di mana Raffi berada. Setelah
hitungan ketiga dengan perlahan tapi pasti aku membuka mataku. Denyut jantungku
bedetak lebih cepat seperti olahragawan habis lari satu kilometer. Saat mataku
terbuka dengan jelas kucari-cari keberadaan Raffi tapi tak kutemukan sosok
Raffi yang dijanjikan. Kudapati hanya kakak Riko dan ketiga temannya sedang
tertawa seraya mengejekku.
“Din
ini yang namanya Raffi Ahmad yang gue janjiin sama loe” sambil menunjuk
laki-laki yang katanya Raffi Ahmad tapi palsu. Namanya asli sama tapi orannya
lima kali lipat beda sekali layaknya gambar koin mata uang di kedua sisinya.
“Candaan
loe nggak lucu Rik, bukan Raffi temen
kakak loe yang gue kagumi tapi Raffi Ahmat yang sering muncul di TV” ibarat bom
yang sebentar lagi mau meledak yang aku rasakan saat itu kalau Riko membohongiku.
Dengan hati kecewa dan marah aku pergi meninggalkan Riko, kakaknya dan
teman-teman kakanya. Riko pasti seneng sekali akhirnya dia bisa membuatku malu
dan mempermainkanku.
Keesokan harinya di sekolah aku
berharap tak melihat sosok Riko dihadapanku. Kecewa yang kurasakan atas
perlakukannya membuatku semakin membencinya. Mengapa aku harus mempercayainya,
“bodoh” sambil memukul kepalaku. “Nanti kesambet loe ngelamun aja dibawah
pohon” tiba-tiba Riko menghampiriku dan membuyarkan lamunanku. Aku terdiam
pura-pura tak melihat dan mendengar sapaannya. Kenapa Riko harus muncul
dihadapanku saat ini dengan wajah tanpa dosa yang ia perlihatkan. “Dinda, gue
minta maaf atas kejadian kemarin, gue nggak maksud mau ngebohongi loe” Riko
mencoba mengajakku berbicara kembali. Sayangnya aku lebih tertarik melanjutkan
lamunanku daripada menghiraukan Riko. Riko mencoba menyambung pembicaraannya
kembali “gue sadar, gue udah keterlaluan sama loe, awalnya buat candaan gue
biar bisa dekat dengan loe Din tapi loenya malah marah gini” Riko mencoba
menjelaskan tapi seperti kata pepatah nasi sudah menjadi bubur, anak panahnya
sudah menancap tepat dihatiku. Bibirku tak ingin bergetar, kata-kata pun enggan
terucap dari bibirku yang manis. Karena tak mendapatkan satu jawaban pun dariku
atas semua pertanyaannya Riko pergi meninggalkanku dan lamunanku. Apa yang
dirasakan Riko sama seperti yang aku rasakan saat ini, kecewa.
Jackpot city | Online Casino site | Best 【2021】
BalasHapusJackpot city online casino review 2021 | Jackpot city casino review 2021 | Jackpot city choegocasino casino today | 바카라 Jackpot septcasino city casino today | Jackpot city casino
Top 10 Hotels in Miami, Florida - MapYRO
BalasHapusHotels 1 - 12 양주 출장안마 of 79 — 계룡 출장마사지 Hotels near Miami, FL · 1. Ameristar Express, 제주 출장마사지 Ameristar Casino, & 동두천 출장안마 Skyline Airport 밀양 출장안마 · 2. Harrah's Hotel in North