Jumat, 09 Mei 2014

CERPEN Asli tapi Palsu




Asli tapi Palsu
 
            Pagi yang cerah. Mentari seakan menyapaku di pagi ini. Burung-burung di teras rumahku bersiulan seakan mengajakku untuk bernyanyi. Hari ini aku mulai aktivitas seperti biasa pergi kesekolah. Sekolah yang menjadi saksi bisu perjalanan dalam memperoleh pendidikanku dibangku SMA. Sesampainya di kelas yang berada dilantai dua aku langsung menuju tempat dudukku. Penghuni kelas sudah ramai, bercengkerama satu sama lain. Suasana kelas gaduh bak pasar pagi yang dikunjungi banyak orang. Beberapa menit kemudian pak Rian guru bahasa Indonesia yang terkenal kiler itupun muncul dari balik pintu. Semua siswa yang tadinya ribut ngerumpi, berubah drastis jadi sepi seperti di kuburan. “Selamat pagi anak-anak” sapa pak Rian. Semua siawa menjawab serempak “Pagi pak”. “Kemarin ada tugas membuat cerpen, sekarang tugasnya dikumpul”, timpal pak Rian lagi.
Satu per satu kantung tas berwarna pink itu aku buka. Pink seperti warna bibir guru yang mengajar matematika di kelasku, tapi tak juga kutemukan buku yang ku cari. “Sial di mana sih buku itu?”. Sejenak aku terdiam mencoba untuk mengingat-ingat dimanakah keberadaan buku itu. “Gue ingat, aduh bukunya ketinggalan. Tugas gue, mampus bakal dapet hadiah nih dari pak Rian”. “Dinda”, pak Rian sudah manggil namaku. Aku pura-pura tidak mendengar, apa kata dunia aku dihukum pak Rian gara-gara tidak mengumpul tugas. Sepertinya aku kenal wangi parpum ini tapi siapa ya? Teman-teman di kelas minyak wangi yang dipakai membuat pusing kepala, tapi yang satu ini beda. Wanginya membuatku seperti tak sadarkan diri. Aku yakin sekarang  aku lagi ada di surga, oh Tuhan indahnya. Tiba-tiba praakk, pak Rian memukul mejaku membuat buyar lamunanku. Strategi awal pura-pura tidak merasa bersalah, “ Pak tangannya pasti sakit, bapak sih meja kok dipukul”, mencoba merayu. “Apa kamu mau bapak memukulmu biar kamu yang sakit?”. “Maaf pak, tugasnya ketinggalan”, “tidak ada alasan sekarang kamu hormat kepada bendera ditengah lapangan selama jam pelajaran”. Berat sekali kakiku melangkah meninggalkan kelas, tapi aku ikuti saja apa kata pak Rian nanti pak Rian lebih menakutkan daripada ketemu raja singa di hutan.
Dengan wajah kemerahan kulangkahkan kaki keluar kelas menuju halaman sekolah. Hari ini aku mengukir sejarah yang tidak akan terlupakan. Sejarah selama duduk dibangku sekolah. Tiba-tiba di halam sekolah.
“Hmm” Riko menghampiri Dinda.
“Riko, ngapain loe ke sini? Mau ngejek gue” menatap sinis.
“Jelek loe kalau lagi marah” menggoda Dinda.
“Emang gue pikirin”
“ Gue dihukum juga”
What? Gue nggak salah” Dinda tidak mempercayai perkataan Riko kalu dia juga dihukum.
“Loe nggak salah kok Din” menatap Dinda.
“Dasar pemalas” ejek Dinda.
“Sama, loe juga” balas Riko.
“Tugas gue ketinggalan”.
.“Tugas gue ada di tas”.
“Terus kenapa nggak loe kumpul? Seneng banget dihukum”.
“Asal dihukumnya sama loe sih nggak apa-apa gue rela” Riko menunjukkan jurus rayuannya.
            Riko memang sudah lama menaruh hati padaku, tapi aku tak pernah menanggapinya. Dengan kaca matanya yang besar, pinggang celana melingkar di atas pusat membuatku tak habis pikir dengannya. Zaman modern seperti saat ini masih ada mahluk sejenisnya. Matahari semakin menampakkan sinarnya, rasa haus hampir tak tertahan lagi olehku. Melihat energiku hampir habis seperti amper kendaraan menunjuk garis merah Riko mencoba mencairkan suasana.
“Din loe ngefans ama Raffi Ahmad kan?”
“Kok loe tau sih?”
“Tau dong, loe kan tau kalau gue itu pengagum rahasia loe”
“Lebay banget sih, di mana-mana kalau rahasia itu nggak ada yang tau cupu”.
“Loe mau ketemu ama Raffi nggak?”
“Gimana caranya Rik gue bisa ketemu ama Raffi?”
“Kakak gue temenan ama si Raffi”
“Loe serius Rik? Berarti gue bisa ketemu sama Raffi. Kapan gue bisa ketemu ama Raffi?
“Pulang sekolah ini kita langsung ke rumah, kata kakak gue Raffi mau main ke rumah”.
Jam pelajaran pak Rian pun selesai dan hukuman aku dan Riko pun berakhir.
            Sepulang sekolah aku dan Riko langsung menuju rumahnya. Tak pernah terlintas sedikit pun dibenakku bertemu dan melihat Raffi Ahmad secara langsung. Apa ya kira-kira perbedaannya melihat di TV dan melihat secara langsung, lebih ganteng mungkin aku mencoba membanyangkan sosok Raffi dihadapnku.Ternyata Riko orangnya romantis dan penuh kejutan. Sebelum aku bertemu sama Raffi, Riko menutup mataku dengan sehelai kain dituntunnya perlahan-lahan melangkah menuju di mana Raffi berada. Setelah hitungan ketiga dengan perlahan tapi pasti aku membuka mataku. Denyut jantungku bedetak lebih cepat seperti olahragawan habis lari satu kilometer. Saat mataku terbuka dengan jelas kucari-cari keberadaan Raffi tapi tak kutemukan sosok Raffi yang dijanjikan. Kudapati hanya kakak Riko dan ketiga temannya sedang tertawa seraya mengejekku.
“Din ini yang namanya Raffi Ahmad yang gue janjiin sama loe” sambil menunjuk laki-laki yang katanya Raffi Ahmad tapi palsu. Namanya asli sama tapi orannya lima kali lipat beda sekali layaknya gambar koin mata uang di kedua sisinya.
“Candaan loe  nggak lucu Rik, bukan Raffi temen kakak loe yang gue kagumi tapi Raffi Ahmat yang sering muncul di TV” ibarat bom yang sebentar lagi mau meledak yang aku rasakan saat itu kalau Riko membohongiku. Dengan hati kecewa dan marah aku pergi meninggalkan Riko, kakaknya dan teman-teman kakanya. Riko pasti seneng sekali akhirnya dia bisa membuatku malu dan mempermainkanku.
            Keesokan harinya di sekolah aku berharap tak melihat sosok Riko dihadapanku. Kecewa yang kurasakan atas perlakukannya membuatku semakin membencinya. Mengapa aku harus mempercayainya, “bodoh” sambil memukul kepalaku. “Nanti kesambet loe ngelamun aja dibawah pohon” tiba-tiba Riko menghampiriku dan membuyarkan lamunanku. Aku terdiam pura-pura tak melihat dan mendengar sapaannya. Kenapa Riko harus muncul dihadapanku saat ini dengan wajah tanpa dosa yang ia perlihatkan. “Dinda, gue minta maaf atas kejadian kemarin, gue nggak maksud mau ngebohongi loe” Riko mencoba mengajakku berbicara kembali. Sayangnya aku lebih tertarik melanjutkan lamunanku daripada menghiraukan Riko. Riko mencoba menyambung pembicaraannya kembali “gue sadar, gue udah keterlaluan sama loe, awalnya buat candaan gue biar bisa dekat dengan loe Din tapi loenya malah marah gini” Riko mencoba menjelaskan tapi seperti kata pepatah nasi sudah menjadi bubur, anak panahnya sudah menancap tepat dihatiku. Bibirku tak ingin bergetar, kata-kata pun enggan terucap dari bibirku yang manis. Karena tak mendapatkan satu jawaban pun dariku atas semua pertanyaannya Riko pergi meninggalkanku dan lamunanku. Apa yang dirasakan Riko sama seperti yang aku rasakan saat ini, kecewa.


2 komentar:

  1. Jackpot city | Online Casino site | Best 【2021】
    Jackpot city online casino review 2021 | Jackpot city casino review 2021 | Jackpot city choegocasino casino today | 바카라 Jackpot septcasino city casino today | Jackpot city casino

    BalasHapus
  2. Top 10 Hotels in Miami, Florida - MapYRO
    Hotels 1 - 12 양주 출장안마 of 79 — 계룡 출장마사지 Hotels near Miami, FL · 1. Ameristar Express, 제주 출장마사지 Ameristar Casino, & 동두천 출장안마 Skyline Airport 밀양 출장안마 · 2. Harrah's Hotel in North

    BalasHapus